Evaluasi Kompetensi Lulusan di Sekolah Dasar: Tantangan Penerapan Standar Pendidikan Nasional”

Pgmi.umsida.ac.id- Penerapan standar kompetensi lulusan di sekolah dasar masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari pemahaman standar pembelajaran hingga kesenjangan dalam pengembangan bakat dan minat siswa. Hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menunjukkan perlunya upaya peningkatan kompetensi melalui penerapan standar pendidikan yang lebih baik.

Baca Juga:Interactive Books, Mampu Dorong Komunikasi dan Kolaborasi Siswa

Mengapa Standar Kompetensi Lulusan Penting bagi Sekolah Dasar?

Kompetensi lulusan merupakan salah satu dari delapan standar pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Standar ini bertujuan memastikan seluruh siswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seimbang sebagai bekal pendidikan. Di tingkat sekolah dasar, standar ini diharapkan mampu mempersiapkan siswa menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya dengan dasar yang kuat.

Penelitian yang dilakukan Fakultas Agama Islam Umsida menunjukkan bahwa banyak sekolah dasar belum sepenuhnya memahami penerapan standar pembelajaran. Hal ini menyebabkan penyusunan standar pembelajaran seringkali hanya untuk memenuhi persyaratan administratif tanpa memahami makna dan fungsinya secara mendalam. Akibatnya, kompetensi lulusan yang dihasilkan belum mencapai target yang diharapkan.

“Kualitas pendidikan yang baik tidak hanya tergantung pada kemampuan mengajar, tetapi juga pada standar yang diterapkan di sekolah,” ujar Moch. Bahak Udin, salah satu doseng PGMI dari Umsida. Menurutnya, penerapan standar pembelajaran yang efektif dapat mendukung pengembangan bakat dan minat siswa serta memperkuat fondasi pendidikan di tingkat dasar.

Tantangan dalam Penerapan Standar Pembelajaran di Sekolah Dasar

Kendala utama dalam penerapan standar pembelajaran di sekolah dasar adalah kurangnya pemahaman dan kemampuan tenaga pendidik serta staf sekolah dalam menerapkan standar tersebut. Dalam penelitiannya, Umsida menemukan bahwa banyak sekolah masih kesulitan dalam mengintegrasikan delapan standar pendidikan nasional secara efektif. Beberapa hambatan yang ditemui antara lain:

-Prestasi Akademik dan Non-Akademik yang Rendah:Banyak sekolah belum mampu mencapai prestasi akademik dan non-akademik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya, sekolah-sekolah yang berpartisipasi dalam kompetisi seni dan budaya hanya mampu meraih 24% dari target yang ditetapkan.

-Minimnya Ekstrakurikuler yang Berkualitas: Aktivitas ekstrakurikuler penting untuk pengembangan bakat siswa, namun banyak sekolah yang hanya mampu mencapai sekitar 30% dalam kategori pengembangan minat siswa. Sebagai contoh, kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, jurnalisme, dan layanan sosial belum dikelola dengan maksimal.

-Kurangnya Layanan Pengembangan Diri: Penelitian menunjukkan bahwa layanan pengembangan diri di sekolah, seperti konseling karir dan pelatihan keterampilan sosial, masih rendah. Hanya sekitar 15% sekolah yang menyediakan layanan ini secara memadai. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam bidang non-akademik.

Selain itu, terdapat keterbatasan biaya dan sumber daya yang dimiliki sekolah, sehingga sulit bagi mereka untuk mengikutsertakan siswa dalam kompetisi, baik di bidang akademik maupun non-akademik. “Penting bagi sekolah untuk memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan karakter dan keterampilan sosial siswa,” jelas Nurdyansyah, anggota tim peneliti. Ia menambahkan bahwa penerapan standar yang lebih baik dapat membantu siswa mengembangkan potensi mereka dengan optimal.

Rekomendasi Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Dasar

Melalui penelitian ini, Fakultas Agama Islam Umsida memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan penerapan standar kompetensi lulusan di sekolah dasar. Pertama, sekolah perlu melakukan pendampingan secara intensif dalam implementasi standar pendidikan, terutama dalam pengembangan ekstrakurikuler dan pengembangan diri siswa. Ini mencakup aktivitas yang mendorong minat dan bakat siswa dalam bidang seni, olahraga, serta kegiatan keagamaan.

Kedua, perlu adanya pelatihan berkala bagi tenaga pendidik dan staf sekolah agar memahami standar pembelajaran yang berlaku. Pelatihan ini penting untuk memastikan seluruh tenaga pendidikan dapat mengimplementasikan standar pembelajaran secara efektif dan memahami peran masing-masing dalam mendukung perkembangan siswa.

Ketiga, peningkatan layanan konseling di sekolah juga sangat diperlukan. Layanan ini akan membantu siswa dalam menghadapi permasalahan sosial, pengembangan karir, serta bimbingan terkait kehidupan pribadi. Dengan layanan konseling yang lebih baik, siswa dapat berkembang secara holistik, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Terakhir, Umsida juga merekomendasikan agar sekolah-sekolah meningkatkan kolaborasi dengan pihak eksternal seperti pemerintah daerah, organisasi masyarakat, serta dunia usaha untuk mendukung kegiatan pendidikan. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dana serta sumber daya yang sering menjadi kendala bagi sekolah dalam mencapai standar kompetensi lulusan.

Baca Juga:Pelatihan Guru PGMI di Era Kecerdasan Buatan: Kunci Sukses Pendidikan Masa Depan

Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan setiap sekolah dapat membangun generasi muda yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan standar pendidikan nasional. Hasil penelitian ini menjadi acuan penting bagi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk terus bekerja sama dalam menciptakan pendidikan berkualitas demi masa depan yang lebih baik.

Sumber:Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 125 1st International Conference on Intellectuals’ Global Responsibility (ICIGR 2017)

Penulis:AHW