Persepsi Siswa Terhadap Self-Assessment: Membentuk Sikap Spiritual Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pgmi.umsida.ac.id – Penilaian pembelajaran telah mengalami pergeseran dari assessment of learning menjadi assessment for learning. Dalam konteks ini, Self-Assessment (SA) menjadi salah satu metode penilaian formatif yang berperan penting dalam membentuk sikap spiritual siswa. Riset yang dilakukan oleh Niswatin Khoiriyah dan timnya di Madrasah Aliyah Surabaya membahas bagaimana SA membantu siswa memahami, mengevaluasi, dan mengembangkan sikap spiritual mereka melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Baca Juga:Motivasi Belajar PAI di Sekolah Negeri Rendah? Begini Penjelasan Dosen PGMI Umsida

Apa itu Self-Assessment dan Perannya dalam Pembelajaran PAI?

Self-Assessment (SA) adalah metode penilaian di mana siswa secara mandiri menilai kemampuan dan sikap mereka berdasarkan kriteria tertentu. Dalam pembelajaran PAI, SA terbukti menjadi alat yang efektif untuk membangun sikap spiritual, seperti kepatuhan beribadah, pelaksanaan ajaran Islam, dan toleransi beragama.

Menurut penelitian, siswa yang terlibat dalam SA mampu merefleksikan kekuatan dan kelemahan mereka dalam menjalankan nilai-nilai agama. “Dengan SA, saya bisa menilai kemampuan spiritual saya dan tahu aspek mana yang perlu ditingkatkan,” ungkap seorang siswa yang terlibat dalam penelitian ini. Pendekatan ini juga membantu siswa menghubungkan pengetahuan agama yang mereka pelajari dengan praktik sehari-hari, menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna.

 Self-Assessment Membantu Meningkatkan Motivasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SA tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi PAI tetapi juga memotivasi mereka untuk terus belajar. Berdasarkan data, lebih dari 70% siswa merasa bahwa SA memotivasi mereka untuk lebih mendalami nilai-nilai agama yang dipelajari.

“Saya merasa termotivasi untuk lebih rajin belajar setelah mengetahui nilai spiritual saya melalui SA,” ujar salah satu siswa yang diwawancarai. Hal ini membuktikan bahwa SA mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan memperkuat rasa tanggung jawab terhadap pengembangan sikap spiritual mereka. Selain itu, siswa juga merasakan pengalaman positif saat melakukan SA, karena mereka dapat merefleksikan diri secara mendalam dan membuat rencana perbaikan ke depan.

Tantangan dan Manfaat Implementasi Self-Assessment di Kelas

Meskipun SA memberikan banyak manfaat, metode ini juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana memastikan siswa menilai diri mereka secara objektif dan jujur. Beberapa siswa mengakui bahwa mereka cenderung memberikan penilaian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tergantung pada rasa percaya diri mereka.

Namun, manfaat SA jauh lebih besar daripada tantangannya. Selain membantu siswa mengenali tingkat spiritual mereka, SA juga mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. Penelitian ini juga menemukan bahwa SA membantu siswa memahami konsep-konsep agama Islam yang lebih mendalam, meningkatkan kepercayaan diri, dan membentuk kebiasaan refleksi diri yang berkelanjutan.

Baca Juga:Kenaikan Tarif PPN dan Tantangan Menjaga Kesejahteraan Masyarakat

Dengan penerapan SA dalam pembelajaran PAI, siswa tidak hanya memperoleh pemahaman akademik tetapi juga membangun sikap spiritual yang kuat. Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa SA merupakan pendekatan yang efektif untuk membantu siswa menjadi individu yang lebih baik, baik secara akademik maupun spiritual. Implementasi metode ini di kelas diharapkan dapat terus dikembangkan untuk menciptakan generasi yang memiliki integritas dan kesadaran spiritual yang tinggi.

Sumber:Students’ Perceptions of Self-Assessment in Islamic Education Learning,N Khoiriyah, NM Nisak, K Kusaeri, K Niam – J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2023

Penulis:AHW